TERIMA KASIH, PAK INO
![]() |
Workshop AI - 2007 |
Tulisan ini adalah
bentuk penghormatan kepada guru hidup saya. Bapak Ch. Daniel Ino Yuwono.
1,5
tahun saya berguru pada Bapak. Awal pertemuan saya dengan Bapak di tahun 2007
di Workshop Appreciative Inquiry yang
digagas oleh Mas Bukik. Saya belum mengenal Bapak saat itu. Namun saya bisa
merasakan Bapak memiliki karakter yang kuat dan tegas.
July 2010, saya kembali berjumpa dengan beliau pada saat wawancara Calon Mahasiswa
MPPO. Pertanyaan
Bapak begitu mudah, “Apa itu organisasi?” namun setiap jawaban saya didebat
habis. Sehingga saya memutuskan untuk mengalah, senyum-senyum, dari pada saya
semakin megap-megap. Saya terdiam dan mencoba memahami apa isi dari kalimat
yang disampaikan. Toh saya tidak akan menang melawannya kebengisan Bapak saat
itu :D
Agustus 2010, matrikulasi dengan Bapak, saya
masih bingung dengan materi yang disampaikan. Apalagi saya bukan berlatar
Psikologi plus mantan mahasiswa dengan pencapaian nilai sangat rata-rata.
Pemikiran Bapak yang meloncat-loncat membuat saya harus berpikir keras
merangkaikan menjadi suatu gambar yang utuh. Satu hal yang saya kagum dari
Bapak, seluruh pertanyaan saya, bisa menjawab dengan pendekatan praktisi,
lengkap dengan teori yang melandasinya.
Setiap
pulang kuliah, saya bercerita pada suami, tentang bagaimana ‘dangkalnya’ ilmu
yang saya miliki saat berhadapan dengan Bapak. Aneh! Bapak bisa menjawab
seluruh pertanyaan saya dari banyak sudut pandang. Jawaban-jawaban yang
disampaikan menunjukkan betapa luasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Saya pun bertekad untuk belajar banyak dari Bapak.
September 2010, badai besar datang dalam
kehidupan saya. Kuliah MPPO yang terlanjur saya ambil, serta tugas-tugas yang
disiapkan oleh para pengajar banyak sekali dikaitkan dengan tempat kerja. Saya
(tiba-tiba) berstatus ‘tidak bekerja’ saat itu. Dan tugas yang dibuat dengan
menganalisa suatu kondisi ditempat kerja semakin mengiritasi secara emosional.
Saat itu Bapak yang biasanya berkata keras, menunjukkan sisi humanis. Bapak
paham betul saya butuh waktu untuk menganalisa disaat secara emosi tidak
mendukung.
Saya
ingat materi-materi yang bapak share kepada kami pada kuliah
pengembangan diri, seolah menjadi jawaban kondisi saya saat itu, tentang
kekuatan untuk bertahan dan berdamai dengan keadaan. Sangat menyentak saya
dengan cara yang lain. Pendekatan bapak memberikan motivasi sangat unik seolah
paham betul karakter saya yang tidak akan tersentuh dengan model motivator
‘salam super’ :D
Ini
menjawab pertanyaan, mengapa Bapak begitu berkesan dihati saya. Bapak
menyimpankan tabungan kekuatan dan keberanian dalam diri saya, justru pada saat
saya punya ‘hak’ untuk menangisi kehidupan.
Nopember
2010, saya
ingat betul ketika sering datang terlambat karena interview, Bapak memberikan
ijin seolah paham arti pekerjaan yang menjadi kebutuhan finansial saya saat
itu. Bapak selalu menanyakan saya interview
di Perusahaan apa, dan membahas seperti apa organisasi yang baru saja
mengundang saya. Tentunya ini adalah pembuktian tentang cara ‘ajaib’ yang Bapak
punyai untuk mengajarkan hal baru sekaligus perhatian seorang guru pada
muridnya. Terima kasih Bapak, karena memahami dan mempercayai saya saat itu.
Desember
2010, saya
diterima kerja disebuah perusahaan local
family business. Perubahan kembali terjadi, jadwal kuliah sabtu tidak bisa
saya hadiri karena tempat kerja yang baru menetapkan 6 hari kerja dan tidak
memfasilitasi karyawannya untuk mengikuti kuliah pada jam kerja. Saya bertanya
pada Bapak tentang hal ini, tentang kekhawatiran saya yang tidak mungkin
memilih mengorbankan salah satu, pekerjaan atau menyelesaikan kuliah. Sisi kebapakan
begitu tampak: ‘Tidak apa-apa Rowen,
yang penting kamu belajar sungguh-sungguh. Semuanya bisa diatur’ (Bapak,
terima kasih atas pengertiannya :D).
![]() |
Scent of Woman - Film favorit di MK. Leadership |
November 2010 –
Agustus 2011,
Bapak mendedikasikan komitmen untuk memberikan kuliah di akhir pekan ataupun
malam-malam diatas jam kerja normal. Sungguh, saat itu sering saya lihat wajah
Bapak kelelahan, namun tidak pernah sekalipun Bapak kehilangan semangat.
Beberapa ujaran-ujaran Bapak yang saya ingat dengan baik:
"Pak Ino, saya kan sekarang
sedang nganggur. Gimana saya bisa kerjakan tugas analisa ini?" Dan jawaban
Bapak diluar dugaan "Tenang Rowen,
gak lama lagi pasti dapat kerjaan"
“Setiap rencana harus ada tindakan
nyata!”
“Rowen, kamu punya cita-cita buka
headhunter sendiri? Tau gajinya ekspatriat? (saya sebut angka) Tau gajinya
direktur? (saya sebut angka)...yo wes ndang direalisasikan mimpimu” (Mata
Kuliah Strategy Management)
“Saya sebenarnya berharap strategi
yang kamu buat lebih bagus dari yang barusan kamu sampaikan” (Mata kuliah Strategy Management) -cettaaar, maaf ya Pak
saya masih kurang berilmu-
“Simple. Dari banyaknya teori
leadership, sampai buku2 yang saya baca, yang dinamakan pemimpin punya
ciri-ciri 3 hal: menginspirasi, punya pengikut, dan punya pengaruh!” ( Mata
Kuliah Leadership) - Yes sir, and you are the one who have those
qualifications -
Model pemimpin wanita iku senengane
ngomong-ngomong, diskusi langsung karo anak buahe (Mata Kuliah Leadership) - sampai akhirnya tahu
fenomena Glass Ceiling -
Dan
masih banyak pesan kehidupan yang saya dapatkan dari Bapak, spirit belajar yang
tidak boleh padam, membaca-membaca-membaca- dan membaca, kekuatan menghadapi
segala sesuatunya, keberanian untuk selalu mempertanyakan status quo, berpikir kritis dalam melihat sebuah fenomena, memahami
situasi yang sebenarnya.
September 2011 –
Maret 2012, Penguatan
Kompetensi dan penyusunan tesis pun
dilalui. Saya mendapat banyak sekali ‘tantangan’ dari Bapak. Bapak sebagai
Dosen Pengajar sampai Dosen penguji banyak sekali melengkapkan saya sebagai
seorang pembelajar.
“Kenali atasanmu. Dia model
pemimpin yang kayak apa? Pemimpin yang mau maen dakon bareng karo anak buahe,
yo bedo pendekatan karo pemimpin sing nyepakno latar trus mempersilahkan anak
buahe mainan dakon di latarnya tapi gak gelem dolanan bareng. Fenomenanya bisa
sama, tapi menyikapinya lain-lain. Tergantung nilai-nilai yang dianut”
“Kabeh kok intervensinya kok pake
AI (Appreciative Inqiry), gak isok
intervensi lainnya taa?” - ini alasan saya tertantang 'nambah’ intervensi ke 2
buat Tesis.
“Opo'o kok Employee Engagement sing mbok teliti? Sesuai tha sama kultur
jawa?....yoo lek gawe dodolan ben ketok pinter yo gak popo, tapi lek gawe
penelitian intervensi gak oleh sembarangan! Harus kritis!”
“Employee
Engagement? Apa padanannya Employee
engagement di Budaya Jawa? Seorang OD harus kritis!”
....dan yang sampai hari ini saya belum
mendapatkan jawabannya, padanan Employee Engagement dalam Budaya Jawa. Saya
akan cari, Bapak.
Sekarang
saya tersadar ternyata, sehebat apapun kita sebagai seorang OD (Organization Development), kita harus
kritis dan kembali ke budaya setempat yang menjadi akar. Tidak secara mudah
menerima sebuah tool baru dan
menganggap tool tersebut pasti baik
untuk dijalankan.
Terima kasih Pak Ino.
Semoga Tuhan
memberikan ketenangan dan tempat terbaik disana.
makasih sudah berbagi mbak. Setiap tulisan mengenai beliau selalu bikin saya merinding. Dia memang guru sejati.
ReplyDeleteSama-sama mas Ardi.
ReplyDeleteSetiap saya baca tulisan lain tentang Pak Ino, saya menangis. Saya kehilangan beliau. Yang gak kenal Pak Ino pasti menganggap saya emosional, I do not care. Beliau guru yang membuat saya berdiri dengan percaya diri pada saat saya punya hak untuk berdiam dikamar meratapi nasib.